top of page
  • Instagram - Black Circle
  • YouTube - Black Circle

Takdir

Areksa Maheswara Pradipta, biasa dipanggil Ares. Ares adalah seorang laki-laki berumur 18 tahun yang masih bingung ke mana arah jalan yang akan dia tempuh. Ares adalah anak bungsu dari lima bersaudara, sejak kecil ia selalu mendapat kasih sayang penuh dari kedua orang tua nya. Seluruh saudara Ares telah meninggal saat mereka masih kecil, entah karena penyakit keturunan ataupun hal yang lain. Ibunya hanya memberi tahu bahwa mereka meninggal saat kecil, Ibu tidak memberi tahu alasan pasti mengapa mereka semua meninggal. Ares selalu kesepian saat di rumah, ia hanya tinggal dengan Ibu dan Ayahnya. Ares hanya memiliki satu sahabat yaitu Revan. Ia selalu menceritakan semua masalahnya kepada Revan. Ares sangat suka dengan otomotif terutama motor.


Pada saat ulang tahun Ares yang ke-17, Ayahnya memberikannya sepeda motor, Ares sangat senang dengan hal itu. Masih ada satu hal yang ingin Ares rasakan sampai saat ini yaitu dibanggakan oleh Ayahnya. Ares bahkan tidak pernah mendengar kata "Ayah bangga sama kamu nak" atau hanya sekedar "Anak ayah hebat".


Mungkin Ayahnya merasa bahwa hanya sekedar memberikan hadiah saja sudah cukup untuk membuat Ares merasa disayangi, padahal tidak sama sekali. Berbeda dengan Ibunya yang selalu mengerti soal perasaan Ares dan selalu membanggakannya. Kedekatan Ares dengan ibu nya sudah tidak bisa ditandingi oleh yang lain. Ibu selalu menjaga perasaan Ares, ibu sama sekali tidak mau perasaan Ares tersakiti.


Kedua orang tua Ares termasuk sebagai strict parents. Mereka tidak pernah memperbolehkan Ares berpacaran ataupun bertemu dengan perempuan yang tidak mereka kenal. Dahulu Ares selalu menuruti kata orang tuanya untuk tidak berpacaran, tetapi tidak dengan sekarang. Ia sudah mulai muak karena dikekang oleh orang tuanya, Ia merasa bahwa dirinya sudah cukup umur untuk berpacaran. Akhirnya ia memutuskan untuk berpacaran dengan salah satu perempuan, mereka menjalani hubungan backstreet agar orang tua Ares tidak mengetahuinya.


Sampai suatu hari Ares melihat perempuan yang sudah ia anggap sebagai rumahnya jalan bersama laki laki lain. Dadanya terasa sangat sesak pada saat itu, ia tidak bisa melakukan apapun kecuali menangis. Air mata nya berderai terus menerus tanpa berhenti. Setelah kejadian itu ia memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dan menghapus semua sosmed yang ia miliki. Ia menjadi bermalas-malasan di rumah, kegiatannya hanya bermain mobile legend bersama teman-temannya dan meluapkan emosi nya dengan balapan motor. Ares sudah cukup trauma dengan masalah percintaan, ia sudah tidak mau merasakan sakit hati lagi.


Suatu hari Ares bertemu dengan Revan untuk berbincang, Revan berkata kepada Ares, "Res udahlah, masa lo mau gini gini terus? move on bro, masih banyak perempuan lain yang jauh lebih baik daripada dia.”

Ares pun menjawab "Ya terus gimana van, dia udah jadi rumah buat gue. Sekarang rumah nya udah runtuh Van, dia udah punya rumah yang lain."


Revan sudah menyerah dengan keputusan Ares, ia sudah tidak mau lagi menyuruh Ares untuk move on dari masa lalu nya. Setelah berbincang cukup lama mereka memutuskan untuk pulang kerumah masing masing. Ares pulang menaiki motor CBR yang diberikan oleh ayahnya waktu itu. Seharusnya Ares langsung pulang kerumah, tetapi tidak pada saat itu. Saat itu ia lagi lagi memilih untuk meluapkan emosi nya dengan balapan motor. Emosinya tidak pernah terkontrol saat melakukan balapan, ia bahkan tidak bisa mengendalikan motornya senidri. Sampai akhirnya pada waktu itu ia mengalami kecelakaan motor yang cukup parah. Ares tertabrak truk saat menaiki motor, badannya terhempas jauh dari motor nya. Untungnya motor yang dikendarai Ares hanya mengalami sedikit kerusakan, tetapi sayangnya kepala Ares terbentur cukup keras dan mengalami pendarahan. Para pengendara motor yang melihat nya berdarah darah langsung memberhentikan motor mereka dan langsung menolong nya.


Sesampainya dirumah sakit Ares langsung diarahkan ke IGD agar bisa langsung diberi tindakan. Setelah diberikan tindakan Ares masih belum siuman. Di rumah Ibunya sedang membuat teh untuk Ayah, gelas teh tersebut pecah dan mengenai kaki nya. Ibu memiliki firasat jika Ares mengalami sesuatu yang mengkhawatirkan. Ponsel Ayah pun berbunyi yang segera menjawab telepon dari nomor yang tidak dikenal itu. Ternyata telepon tersebut berasal dari rumah sakit tempat Ares dirawat. Ayah langsung bergegas memberitahu ibu soal Ares. Ibu menangis sejadi jadinya di depan Ayah. Ayah hanya bisa menenangkan Ibu, setelah itu mereka langsung bergegas pergi kerumah sakit untuk melihat Ares.


Saat di rumah sakit, Ibu melihat Ares terbaring ditempat tidur dengan kepala yang terbalut perban. Tangisan Ibu langsung pecah saat melihat Ares terbaring lemah di ranjang rumah sakit itu. Ayah tidak bisa menahan kesedihan nya dan memutuskan untuk keluar ruangan karena tidak ingin dilihat oleh Ibu. Mendengar kabar bahwa Ares mengalami kecelakaan, ia langsung pergi untuk melihat keadaan Ares. Sesampainya disana Revan melihat Ibunya Ares yang sedang menangis, Revan memutuskan untuk berbicara kepada Tante Inka yaitu Ibu nya Ares.

"Maaf Tante, saya gagal jagain Ares," ucap Revan menyesal

Tante Inka pun menjawab "Ini bukan salah kamu van, saya yang salah karena ngga bisa jaga Ares dengan baik.”


Tante Inka memberi waktu untuk Revan agar bisa mengobrol dengan Ares. Revan berbicara disebelah telinga Ares "Res lo ngga mau bangun? Wishlist belum terpenuhi semua Res,” sayangnya tidak ada balasan ataupun respon dari Ares.


Sudah satu bulan sejak Ares mengalami koma, ia masih saja belum membaik. Ibu dan Ayah nya sudah mempasrahkan semua nya kepada Tuhan, jika memang Ares masih diberi kesempatan untuk hidup lebih baik lagi mereka pasti sangat bersyukur akan hal itu. Revan masih terus mengunjungi Ares seperti yang biasanya dia lakukan. Revan sangat berharap bahwa Ares bisa pulih kembali, agar mereka bisa melakukan hal hal yang biasanya mereka lakukan.


"Res bangun ya? udah sebulan lo disini," Revan bergumam. Ares pun memberikan respon terhadap omongan Revan, jari tangan nya mulai bergerak. Revan segera memanggil dokter untuk mengecek keadaan Ares. Dokter berkata bahwa kondisi Ares sudah cukup membaik.

Ibu dan Ayah nya sangat senang mendengar akan hal itu. Ares yang baru siuman langsung memanggil ibu nya "Ibu..."

Ibunya pun menjawab "Hei, Ibu disini sayang.” Ibu langsung memeluk Ares berkata. "Makasih karena udah bertahan sejauh ini sayang.”


Ayah pun juga ikut memeluknya, "Maafin Ayah," kalimat pertama yang Ayah ucapkan setelah Ares terbangun dari koma. Air mata Ares jatuh begitu saja mendengar kalimat tersebut keluar dari mulut Ayahnya. Revan yang melihatnya langsung tersenyum bahagia. Kalimat yang selama ini sangat ingin didengar oleh Ares telah terucap oleh Ayah nya.


Empat hari setelah Ares siuman, ia sudah diperbolehkan pulang. Mereka semua pulang bersama sama dengan perasaan yang sangat bahagia. Semenjak kecelakaan itu Ares sudah tidak pernah lagi balapan motor dan mulai menjalani kehidupan nya dengan lebih produktif. Sekarang disaat Ares ada masalah, ia selalu menceritakannya kepada ayah dan ibu nya. Mereka sudah saling terbuka satu sama lain. Sifat Ayah menjadi jauh lebih baik terhadap Ares. Orang tua Ares juga sudah tidak pernah mengekang nya lagi. Revan yang mendengar hal tersebut merasa bahagia karena itu termasuk salah satu wishlist Ares, yaitu "memiliki keluarga yang harmonis.”


Setelah mereka lulus SMA, Revan memutuskan untuk melanjutkan kuliah di bandung sedangkan Ares memutuskan untuk menunda kuliah nya terlebih dahulu. Dikarenakan Revan sudah cukup sibuk dengan kuliah nya, Ares memutuskan untuk mencari teman lain untuk mengobrol dengan nya. Ares tidak mau mengganggu Revan yang sedang fokus dengan kuliah nya. Ares mencoba mencari teman di salah satu platform media sosial. Ini pertama kalinya seorang Ares melakukan hal itu. Bahkan Revan saja terkejut mendengar Ares mencari teman di sosial media. Dia menemukan teman untuk mengobrol pada saat itu. Mereka berbincang cukup lama dan pada akhirnya memutuskan untuk bertukar nomor whatsapp. Ares merasa sangat nyaman jika mengobrol dengannya.


Menurut Ares, dia selalu bisa mendengar semua keluh-kesahnya dan responnya pun sangat baik terhadap celetukan Ares yang bisa dibilang "tidak jelas" itu. Mereka selalu berbincang setaip harinya sampai sampai teman nya juga merasa nyaman. Mereka belum tahu nama mereka satu sama lain sampai akhirnya mereka memutuskan untuk memberitahu nya secara bersamaan. Nama teman yang membuat Ares merasa begitu nyaman ialah "Rania Anantari". Mereka sudah merasa nyaman satu sama lain dan memutuskan untuk menjalani hubungan virtual. Rania memiliki strict parents, Ares pun begitu. Mereka berdua tidak mau mengambil resiko jika ketahuan pacaran oleh kedua orang tua mereka. Ares selalu saja cemburu jika Rania membahas soal teman nya, Rania pun juga begitu.


Satu satunya saingan terberat Rania bukanlah perempuan lain tetapi game online yang dimiliki oleh Ares. Mereka bahkan pernah bertengkar hanya soal mobile legend saja. Pada akhirnya Ares meminta maaf pada Rania karena ia merasa bersalah. Ares juga meminta Rania untuk membuatkan jadwal harian kapan saja ia bisa bermain game tersebut. Mendengar hal itu Rania terkejut, karena Rania tidak pernah mendapatkan permintaan seperti itu dari laki laki yang pernah dekat dengan nya.


Di sisi lain Rania sangat bersyukur memiliki Ares. Mereka berdua bisa sama sama saling mengerti satu sama lain. Saingan terberat Ares yaitu teman Rania sendiri, Ares selalu saja cemburu jika Rania bercanda dengan teman laki-laki nya, bahkan Ares bisa menangisi hal itu. Disini mereka berdua benar benar menyembuhkan trauma nya. Hubungan Rania sebelumnya tidak pernah berjalan dengan mulus, dia tidak pernah dihargai sama sekali. Berbeda dengan Ares yang selalu bisa menghargai Rania dalam hal apapun. Ares selalu bisa memaafkan semua kesalahan yang Rania perbuat. Rania pun juga begitu terhadap Ares, terkadang Ares tidak sengaja menyebut mantan nya dan membuat Rania menangis tetapi ia masih memaafkan kesalahan Ares.


Mereka sudah menjalani hubungan virtual selama lima tahun. Semua masalah yang terjadi selama lima tahun tersebut selalu bisa diselesaikan oleh mereka berdua. Sejujurnya perasaan Rania sudah mulai bosan dengan hubungan mereka apalagi mereka sama sekali tidak pernah bertemu saat itu. Ares selalu meyakinkan Rania bahwa ada waktu nya mereka akan dipertemukan berdua. Ares yakin jika memang mereka berdua sudah ditakdirkan untuk bersama, Tuhan pasti akan mempertemukan mereka dan benar saja pada akhirnya mereka dipertemukan tetapi saat yang tidak tepat.


Mereka bertemu pada salah satu taman yang ada di Jakarta. Ares sedang menggandeng tangan seorang anak kecil bersama dengan perempuan lain. Melihat itu Rania langsung pergi dari taman tersebut karena ia tidak mau lagi berfikiran berlebihan soal apa yang dilihatnya. Ares melihat Rania pergi dari taman tersebut, tetapi ia memutuskan untuk tidak menahannya. Sesampainya dirumah Rania langsung beranjak ke kasurnya dan menangis. Dia berpikir bahwa Ares telah memiliki hubungan dengan perempuan lain.

“Rania, maaf,” tiba tiba ponsel Rania bergetar, ternyata Ares mengirim pesan kepada Rania.

Rania tidak kuat untuk membalas pesan Ares. Rania langsung mematikan ponsel nya saat itu juga. Ares yang merasa bahwa Rania sedang tidak baik baik saja terus menerus mengirim pesan kepadanya.

Ares: Ra...

Ares: Aku tau kamu lagi nangis

Ares: jangan nangis Rania

Ares: jawab telepon nya ya, aku jelasin semuanya


Ares benar benar khawatir dengan perasaan Rania sekarang. Dia merasa bersalah karena tidak memberitahu Rania soal hal ini. Rania yang baru saja bangun dari tidurnya dengan kedua mata yang sembab langsung menyalakan ponsel nya. Notifikasi pesan dari Ares mengalihkan pandangan Rania. Rania memutuskan untuk menjawab pesan dari Ares.


Rania: maaf res

Rania: tadi aku ketiduran...

Rania: nggak usah call Res gapapaa

Rania: aku udah tenang kok

Ares: kita ketemu ya?

Ares: Aku mau jelasin soal semuanya ke kamu

Rania: iya res

Ares: besok kita ke pantai yang ada di salah satu wishlist kamu, kita liat sunset bareng.

Rania: iyaa res


Rania segera izin ke orang tuanya jika esok ia akan pergi ke pantai. Rania melihat bunda sedang memasak di dapur untuk makan malam, ia langsung membantu bundanya untuk menyiapkan bahan bahan makanan. Bunda yang melihat hal itu bingung karena tidak biasanya Rania membantu di dapur.

“Kenapa kak?” Tanya Bunda.

Rania menjawab "Besok kakak boleh pergi ke pantai bun?"

Bunda bilang kepadanya "Boleh kak, sama anak bolang?"

Rania menjawabnya dengan ragu "Hmm iya.”


Rania takut jika ia jujur kepada bundanya, ia malah tidak bisa bertemu dengan Ares. Keesokan harinya mereka bertemu di salah satu pantai yang ada di Jakarta. Detak jantung Rania berdetak lebih cepat dari biasanya disaat mereka bertemu, badan nya bahkan tidak bisa bergerak saat itu.

“Jangan nangis gitu Ares,” ucap Rania saat melihat kondisi mata Ares yang sembab.

“Mana ada aku nangis,”

Rania tersenyum. “Itu mata berkaca-kaca gitu.”

Setelah itu mereka memutuskan untuk mengobrol tentang masalah kemarin sambil melihat sunset dan menikmati suara air laut.

“Kemarin itu sepupu aku Ra. Aku nggak punya hubungan apa-apa, namaya sepupu udah pasti saudara. Ibu yang minta buat temenin keliling kota. Aku minta maaf nggak sempet kabarin,” penjelasan Ares mengenai insiden sebelumnya

Rania mengangguk seakan memahami kondisi tersebut. “Iya, nggak apa-apa tapi lain kali kabarin ya,”

“Iya, pasti,” Ares berjanji.


Rania langsung memeluk Ares dengan erat. Setelah itu mereka memutuskan untuk menunggu matahari terbenam. Ares menatap Rania dengan penuh kasih sayang. Ares merasa jika dirinya bisa menjadi seperti sekarang karena Rania. Rania yang mengubah Ares menjadi jauh lebih baik.


Rania yang menyadari jika Ares menatapnya langsung berkata "Apasih res, daritadi liatin Aku mulu bukannya liatin sunset,” ucapnya risih.

"Indah banget soalnya, sunset yang nyata,” balasnya tersenyum


Mendengar itu Rania langsung tersenyum dengan gigi gingsulnya yang manis. Tiba tiba Ares memercikan air laut kepada Rania, Rania langsung membalasnya. Ares berlari dari Rania agar tidak terkena percikan air tersebut, Rania mengejar Ares sambil membawa air ditangannya. Rania pun berhasil menangkap Ares dan memercikan air yang ada ditangannya. Mereka sangat bahagia pada hari itu. Ares tidak bisa berhenti tersenyum, Rania pun begitu. Tidak terasa malam hari pun tiba, Ares segera mengajak Rania untuk pulang. Mereka berjalan menuju parkiran dengan baju yang sudah basah.


Sesampainya di parkiran Ares memakaikan Rania jaket agar ia tidak merasa kedinginan. Ares juga memakaikan Rania sebuah helm berwarna pink bertuliskan nama Rania. Rania tidak menyangka jika Ares sudah menyiapkan helm untuknya.


"Gimana helm nya?” penasaran.

Rania menjawabnya sambil tersenyum. "Suka, makasih Res,”


Rania yang merasa mengantuk langsung tertidur di bahu Ares. Ketika Ares ingin bertanya dimana rumah Rania, ia malah melihat Rania yang sedang tertidur pulas dipundaknya. Ares tidak tega untuk membangunkannya dan memutuskan untuk mengikuti arah jalan. Ares memutuskan untuk berhenti di pom bensin karena bensinnya sudah harus diisi. Rania pun bangun dengan ekspresi bingung.


"Ini dimana Res?” tanya Rania

"Di pom bensin rania, aku isi bensin dulu ya.”


Rania yang masih mengantuk memutuskan untuk ke minimarket membeli minuman, ketika Rania masuk kedalam ia melihat jam sudah menunjukan pukul 9 malam. Ia sangat terkejut karena ia mengira jika sekarang masih jam 7 malam. Handphone Rania juga mati karena kehabisan baterai. Rania langsung berlari menghampiri Ares sambil menangis.


“Gimana nanti kalau orang tuaku marah?” Rania panik.

“Nanti aku coba bantu ngomong,” Ares mencoba menenangkan.


Selesai mengisi bensin mereka langsung melanjutkan perjalanan. Rania memberitahu Ares kemana arah untuk menuju kerumahnya. Sesampainya dirumah Rania, ternyata Ayah nya sudah menunggu didepan gerbang. Rania takut melihat Ayahnya, Ares yang melihat Rania ketakutan langsung turun dari motor untuk menemani Rania menemui Ayahnya. Ares ingin menjelaskan soal semuanya agar tidak terjadi salah paham oleh Ayahnya. Ayahnya yang melihat Rania diantar oleh seorang laki laki ia tidak kenal langsung menyuruhnya untuk masuk kedalam.


"Kakak masuk dulu sama bunda, Ayah mau ngomong sama dia.”

Bunda langsung membawa masuk Rania dan menenangkan nya disaat itu juga. Ayah langsung mengintimidasi Ares saat itu juga.

“Siapa kamu berani membawa Rania tanpa izin?”

Ares diam dan mencoba tetap tenang. “Saya teman dekatnya. Mohon maaf sebelumnya, ke depannya saya akan coba minta izin terlebih dahulu.”

“Memang harusnya begitu. Jangan diulangi lagi,” balas Ayah tegas.


Ares langsung salim kepada Ayah dan Bunda nya Rania. Setelah Ares pulang Rania langsung meminta maaf kepada Bunda nya karena telah berbohong. Bunda memaafkan kesalahan Rania dan menyuruhnya untuk tidak mengulanginya lagi. Beberapa hari kemudian giliran Rania yang diperkenalkan kepada orang tua Ares namun sebelum mengajak Rania ia mencoba izin terlebih dahulu. Ares tidak mau mengulangi kesalahannya kedua kali.


Rania kaget saat hendak memasuki rumah Ares sebab terlihat Ayah dan Ibu Ares sudah menunggu di ruang tamu.


“Maaf Om dan Tante, aku nggak bawa apa-apa,” Rania kikuk dan malu.

Dengan hangat Ibu Ares menjawab. “Nggak apa-apa, sayang. Kamu mau minum atau makan?”

“Dipersilahkan duduk dulu dong Bu,” pinta Ayah sambil tersenyum.

“Duduk sini,” pinta Ibu dengan gestur menunjuk kursi di sebelahnya. “Sudah berapa lama kenal Ares?”

“Lima tahun,” balas Rania malu.

“Statusnya?” jawab Ibu cepat.

“Temen dekat,”

“Ohh gitu, padahal jawab aja sejujurnya,” balas Ibu bercanda. Selebihnya mereka semua mengobrol berbagai jenis topik yang mendekatkan ikatan emosional mereka. Selepas makan malam bersama Rania pun berpamitan pulang.


Saat hendak istirahat Ayah Rania memanggilnya kebetulan papasan di ruang tamu.

“Kamu sudah berapa lama dengan Ares?” tanya Ayah menelusuri.

“Lima tahun,”

“Kenapa nggak pernah cerita?” kali ini nada pertanyaan agak pelan dan tampak perasaan bersalah.

“Nggak apa-apa, belum waktunya aja.”


Setelahnya tidak ada lagi pertanyaan dari Ayah sebab dirinya diliputi perasaan bersalah karena kadang memang terlalu mengekangnya.


Saat selesai sampai rumah, Ares memarkirkan motornya. Dan saat baru saja melepas helm, ia mendapatkan kabar dari Ibunya.

“Res, kamu udah tahu belum Kiana balik ke Jakarta?”

Ares terkejut mendengarnya, banyak hal yang dirasakan dalam kecamuk perasaanya. Senang sekaligus sedih mengingat sahabatnya sejak kecil yang pindah ke Yogyakarta kini kembali lagi. Ares masih bisa mengingat kenangannya itu secara spesifik.

“Beneran Bu?”

“Iya. Tadi Mamanya kabarin,”

Ares pun meminta kontak dan menyusun jadwal pertemuan dengan sahabat kecilnya itu di tempat biasa mereka bermain.


“Hai, Ares! Nggak kangen kamu sama aku?”

“Ya, kangen dong. Gimana kabar?”

“Baik dong. Kamu?” Kania bertanya balik.

“Baik,”

“Berarti udah ada yang dampingin dong?”


Mendengar hal itu Ares pun terdiam, ia bingung harus menjawab apa. Ares takut jika ia bilang bahwa dirinya sudah memiliki kekasih, Kiana malah sakit hati. Melihat diamnya Ares ia menambahkan.


"Kok diem Res?"

Ares mengangguk. “Udah, Na. Nanti gue kenalin,”

“Ok, by the way lusa aku harus balik lagike Jogja karena kuliah,”

“Lah, cepet banget.”

“Makanya. Besok bisa temenin kelilng Jakarta, Res?”

“Bisa Na, besok pagi aku jemput,”


Makanan yang mereka pesan pun datang. Setelah makan Kiana diantar pulang oleh Ares. Kiana berterimakasih karena Ares telah menyisihkan waktunya untuk bertemu dengannya. Ponsel Ares daritadi dimatikan, karena ia benar benar ingin menghabiskan waktunya dengan Kiana tanpa gangguan apapun. Setelah sampai dirumah, Ares langsung menyalakan ponselnya. Banyak sekali notifikasi yang muncul, kebanyakan pesan dari Rania. Ares pun membuka notifikasi tersebut. Sialnya, Ares lupa bahwa janji menonton film sudah dibuat dengan Rania. Ia membaca keseluruhan pesan dari Rania yang banyak juga berisi kekhawatirannya. Ares merasa bersalah

*5 panggilan tak terjawab*

Ares: Maafin aku ya. Lain kali aku kabarin kamu lagi, maaf hape tadi nggak aktif. Lain kali kita nonton ya.

Ares lupa jika ia memiliki janji untuk menonton dengan Rania. Ares langsung merasa bersalah. Ares langsung menjawab pesan dari Rania

Rania: Oke, nggak apa-apa. Lain kali kabarin aku ya. Besok nonton gimana?

Ares: Nggak bisa, aku udah ada janji sama temen aku.

Rania: Oke, lain kali aja ya.


Dengan segala resiko Ares tetap memilih untuk menemani Kaina berkeliling Kota Jakarta. berdua sangat senang karena sudah lama mereka tidak melakukan hal ini. Kiana menggunakan helm yang biasa dipakai oleh Rania. Ares tidak menghiraukannya karena ia merasa ini hanya sebatas helm saja, Rania juga tidak akan cemburu akan hal ini. Ares menyuruh Kiana untuk memeluknya karena ia ingin mengebut, Kiana yang mendengarnya langsung memeluk Ares. Dengan segala kenangan dan kegembiraan yang berjalan beriringan mereka larut bernolstagia.


Saat sampai di rumah Ares mendapati bahwa sambutan yang ia terima dari Ibunya agak berbeda. Ibunya sinis dan mencecar Ares.

“Kamu pergi nggak ngasih tahu Rania?” tanya Ibu langsung menusuk. “Kamu pergi sama Kaina, kan?”

“Iya, sama Kaina,” Ares menjawab pelan.

“Nggak mikirin perasaan Raina kamu! Tadi dia ngchat Ibu terus Revan, ngira mereka tahu. Nggak boleh gitu, kamu minta maaf sana. Raina udah baik sama kamu. Inget!” ucap Ibu dengan penuh kecewa dan rasa marah.


Setelah itu Ares pergi kekamar dan menyalakan ponselnya, aneh nya tidak ada notifikasi dari Rania sama sekali. Biasanya Rania sudah mengirim banyak pesan karena khawatir dengannya. Ares tidak menghiraukannya karena dia pikir Rania baik-baik saja. Padahal dirumah Rania sedang menangis dikamarnya. Semenjak Rania tahu jika Ares pergi bersama Kiana, ia sudah tidak pernah mengirim pesan duluan kepada Ares. Dadanya masih terasa sesak karena hal itu. Keesokan harinya Rania memutuskan untuk pergi ke pantai untuk menenangkan dirinya. Saat perjalanan menuju pantai Rania melihat Ares sedang mengantar Kiana menggunakan mobilnya. Mobil Ares berada tepat disebelah mobil Rania. Ares menengok ke kiri dan ia kaget saat melihat Rania sedang menangis dimobilnya. Lampu merah telah berubah menjadi hijau, Rania langsung meneruskan perjalanannya. Ares merasa bersalah karena ia tidak memberitahu Rania soal Kiana.


Setelah Ares mengantarkan Kiana ke bandara, ia langsung menuju ke pantai. Ares tau jika Rania sedang sedih, Ia pasti sedang menenangkan dirinya dipantai. Dipantai Ares melihat Rania sedang menangis. Ares menghampiri Rania yang sedang duduk. Rania yang melihat Ares langsung mengelap air matanya. Rania tidak ingin menatap Ares, dadanya terasa sakit jika mengingat Ares pergi bersama Kiana. Ares mengajak ngobrol Rania agar situasinya tidak canggung.


Rania menatap laut lepas dengan kedua kakinya berjulur menahan ombak pantai. Kelopak matanya sembab terlihat kedutan mata yang merah dan mengembung. Sementara Ares dengan penuh rasa bersalah mengumpulkan keberanian untuk meminta maaf dan menjelaskan semuanya kepada Rania.


“Maaf, aku belum ngasih tahu soal Kiana?” Ares mencoba meyakinkan Rania. Rania hanya mengangguk dan masih membuang muka menghindari kontak langsung dengan Ares.

“Ra, kamu nggak mau liat muka aku?”

“Ya jelasin aja. Aku masih nggak mau liat muka kamu,”

“Oke gapapa. Pertama maaf karena aku bohong ke kamu, Aku gamau kamu sakit hati karena tau aku jalan sama perempuan lain. Kiana itu sahabat kecil aku, kita baru ketemu lagi setelah bertahun tahun. Maaf kalo aku ngga kasih tau kamu soal ini. Aku bener bener minta maaf. Maaf kalo aku bikin kamu nangis untuk kesekian kalinya. Aku cuma sayang sama kamu Ra, cuma kamu yang bakal dapetin itu. Aku sama sekali engga ada perasaan buat Kiana. Kita cuma sebatas temen aja, Aku juga udah bilang ke Kiana kalo Aku akan kenalin kamu ke dia. Kania minta ditemenin buat keliling jakarta karena waktu dia cuma sebentar disini. Kamu boleh marah ke aku, tapi jangan diemin aku Ra. Dan udah ya nangisnya dan janji nggak sedih lagi.”


“Aku mau pukul kamu terus tau nggak!” ucap Rania sedikit menyentak.

“Kalau itu bisa bikin kamu lega. Pukul aja, Ra,” Ares langsung menimpali.

Rania tidak tega untuk memukul Ares, Ia langsung memeluk Ares sekuat tenaga sambil menangis. Hati Ares sangat sakit karena melihat Rania menangisinya, Ares merasa sangat bersalah kepada Rania. Sudah berkali kali Ares membuat kesalahan seperti ini tapi Rania selalu saja memaafkannya.


"You don't deserve me ra, aku terlalu jahat buat kamu,” Ares menyesali perbuatannya.

"I deserve you and you deserve me Res, setiap orang melakukan kesalahan. Dan kita perbaikin sama semuanya?”


Mendengar angin segar dari ucapan tersebut Ares berjanji bahwa ia tak akan mengulangi kesalahan bodohnya lagi. "Iya sayang, Aku janji.”


Setelah hari itu hubungan mereka menjadi semakin baik, mereka saling mengerti satu sama lain. Ares pun sudah mengenalkan Rania kepada Kiana. Bahkan sekarang Rania dan Kiana berteman dekat, mereka jadi sering bepergian bersama. Ares berencana untuk membawa hubungan mereka menjadi lebih serius. Ares berencana untuk melamar Rania di pantai tempat mereka biasa bertemu. Ares sudah meminta izin kepada orang tua Rania untuk segera melamarnya. Kiana juga ikut serta dalam rencana ini, Kiana mengajak Rania untuk pergi ke pantai.


Rania mengira jika Kiana mengajaknya ke pantai hanya untuk melihat sunset tetapi nyatanya tidak. Sesampainya disana Rania sudah melihat dekorasi yang sangat indah, ia melihat Ares yang berpakaian Rapi. Rania bingung sebenarnya apa yang terjadi sekarang. Ternyata disana juga sudah ada orang tua mereka berdua. Kiana segera meninggalkan Rania dan menyuruhnya untuk menghampiri Ares. Disaat Rania menghampiri Ares, Ares langsung berlutut dihadapan Rania sambil memegang cincin yang sudah ia buat khusus untuk Rania. Rania menangis terharu saat Ares melamarnya.


"Will you marry me Rania Anantari?"

"I will, Areksa Maheswara Pradipta.”


Selesai.

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comentários

Avaliado com 0 de 5 estrelas.
Ainda sem avaliações

Adicione uma avaliação

© 2025 by Tim Gerakan Literasi SMK Negeri 1 Jakarta

bottom of page