Dalam Hening, Kesunyian Terdengar Lebih Nyaring
- Hawa Az Zahra
- 2 Mar
- 1 menit membaca
Cinta ini sunyi, tapi ia tetap hidup, berdenyut dalam setiap doa yang tak pernah kau tahu.
Aku masih berdiri di tepi kenangan, memeluk bayanganmu yang tak pernah benar-benar hilang. Rasa ini, yang dulu begitu riuh, kini berubah menjadi simfoni sunyi—berdenting halus di sudut hatiku. Aku melihatmu, menatap dari jauh, dengan rasa yang tetap utuh meski tak pernah terucap.
Setiap senyummu adalah luka kecil yang manis, mengingatkan aku pada keberanian yang tak pernah kumiliki. Ingin kuungkapkan semua, tapi bibir ini seperti terbelenggu, takut bahwa suaraku hanya akan menggema di kehampaan. Maka aku memilih diam, mencintaimu dalam bayang, menyimpan rindu ini dalam laci-laci sepi yang hanya aku yang tahu.
Rasaku tak berubah, hanya berpindah ruang—dari hangatnya pelukan kata menjadi dinginnya sunyi yang tak terjamah. Ingin sekali aku mendekat, menyapa, mungkin menghidupkan kembali kisah yang pernah ada. Namun, langkahku berat, dan keberanian itu selalu runtuh sebelum sempat kugenggam.
Maka di sini aku tetap, menyayangimu dalam kesunyian. Menitipkan doaku pada malam yang panjang, berharap angin akan membawa rasa ini padamu. Atau mungkin, semesta akan menuliskan kita di halaman baru, di waktu yang lebih lembut, di takdir yang lebih bersahabat.
Hingga saat itu tiba, izinkan aku mencintaimu dari jauh, dalam rindu yang tak pernah bersuara.
Comments